Penguasaan diri dengan segala kerendahan hati adalah satu dari sekian banyak
resep cantik ala Vina.
Suaranya
yang serak-serak basah mengalun indah begitu melantunkan lagu. Tapi tak
hanya suaranya yang luar biasa, sang pemilik suara bernama lengkap Vina
Dewi Sastaviyana Panduwinata dan akrab disapa Vina Panduwinata
ini juga memiliki kehidupan luar biasa. Banyak ilmu yang diberikan
kepada kami. Ucapannya yang tenang sekaligus menyenangkan membawa GH
kepada perbincangan yang seru sekaligus menghibur. Tawa lepas seperti
dibuat tiada henti oleh wanita kelahiran Bogor, 6 Agustus 1959 ini.
Tidak itu saja, dia menghanyutkan kami dalam perenungan tentang
kehidupan. Perenungan tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang
manusia, baik untuk masyarakat biasa maupun pemimpin.
Apa rahasia hidup sehat Anda?
Segala
sesuatu harus seimbang, termasuk makanan. Saya tidak selalu makan
daging dan sayur. Untuk menyeimbangkan aktivitas saya yang begitu
melimpah, saya mengonsumsi menu berserat, karbohidrat, dan protein.
Keindahan suara Anda sepertinya diraih tanpa usaha. Apa betul?
Ini
adalah anugerah Tuhan. Saya selalu minta ampun kepada-Nya, karena
terlalu santai dan tidak menjaganya. Saya sering berbagi ke
penyanyi-penyanyi baru, kalau kita di atas panggung jangan suka merasa
sebagai ratu ataupun raja, karena ratu dan raja kita sebenarnya adalah
penonton. Kedua,jangan
pernah berpikir kalau Anda lebih baik daripada orang lain. Tetapi
jangan juga merasa kurang. Itulah yang membuat Anda ringan dalam
melangkah.
Apakah Anda memiliki ritual khusus sebelum naik ke atas panggung?
Dari
dulu saya paling marah kalau ada permintaan foto, ajakan untuk
berbicara, dan wawancara setengah jam sebelum bernyanyi. Dulu saya
sering muntah. Pernah saat itu dengan Dono Warkop, saat kita harus
tampil bersama, kami muntah bersama sambil berhadapan. Tetapi kalau
tidak begitu, bisa gelagapan. Sampai 30 tahun ini saya tidak dapat
berubah. Sekarang saya berusaha mencari ketenangan dengan berdoa sebelum
pentas di atas panggung.
Apa rahasia Anda untuk merasa lebih cantik?
Jangan
kita memilih sesuatu karena harga dan citra. Saya selalu memilih segala
hal dengan hati nurani dan perasaan cocok. Dengan begitu saya akan
merasa nyaman dan juga cantik. Aura dan energi akan keluar saat berada
di panggung.
Pernah melakukan kesalahan saat di panggung?
Saya pernah melakukan kesalahan, dan ternyata kok malah membuat penonton senang. Pernah saat bernyanyi saya berkata, ‘ups‘. Kemudian orang tertawa-tawa. Saya pun membalasnya, ‘Nah,
ini nih, karena saya sudah tua, saya lupa.’ Mereka kemudian tertawa.
Inilah cara bagaimana menggosok kekurangan dan memoles kelebihan kita.
Jadi, segala yang kita punya bisa menjadi cantik dan akan menjadi cantik
kalau kita bisa menguasai diri kita.
Bagaimana Anda memandang kegiatan menyanyi Anda dibandingkan dengan profesi lain?
Semua
profesi sama. Dalam satu hari saya hanya memiliki 1/3 dari 24 jam.
Sementara itu 2/3-nya saya habiskan untuk bekerja. Saya perlu mengatur
diri agar bermanfaat dan pintar membawa diri sehingga bisa hidup dengan
nikmat. Kalau dianggap berat, maka akan menjadi berat. Tetapi kita juga
tidak boleh mengentengkan masalah ataupun mencoba menjadi orang lain
dalam pekerjaan.
Manifestasi Anda sebagai “Diva” itu seperti apa?
Kata
Diva bisa disejajarkan dengan Dewi. Kalau saya lihat dalam 20 tahun
terakhir ini, kata “diva” sudah dikomersialkan. Menurut saya Diva bukanlah sosok idola, melainkan orang yang bermanfaat untuk semua umat. Setiap orang berhak mengatakan siapa Diva mereka. Bagi saya Bunda Theresia adalah Diva.
Dari 30 tahun perjalanan karier Anda, apa pelajaran hidup yang dapat Anda ambil?
Tentu banyak sekali pelajaran yang dapat diambil. Salah satunya pelajaran tentang begitu banyak macamnya manusia. Mereka tidak dapat ditebak. Ada
perempuan berwajah galak dan suka cemberut, tetapi berhati malaikat.
Dari itu semua saya selalu menanamkan pada diri saya: jangan pernah
tidak senyum dan jangan pernah merasa rugi berbuat baik pada orang lain.
Jadi, lakukan yang terbaik.
Nasihat apa yang paling Anda ingat dari orangtua Anda?
Setiap
napas yang kita hirup harus selalu kita tebus dengan sesuatu yang
bermanfaat untuk diri kita dan orang lain. Almarhum ayah saya selalu
mengatakan, ‘Vina kamu harus bersyukur, karena kamu diberikan kesempatan
oleh Tuhan untuk mendapatkan pekerjaan yang luar biasa.’ Saya merasa
tersanjung saat itu. Kemudian saya bertanya, ‘Kok
mulia, Pa?’ Jawabnya, ‘Menyenangkan hati orang lain adalah sebuah
pekerjaan mulia. Tetapi jangan salah gunakan kesempatan mulia ini.’ Saya
pun menginterpretasikannya dengan tidak mencari-cari musuh di dalam
pekerjaan dan termasuk kehidupan.
Kapan periode paling berharga dalam kehidupan Anda?
Saat
melahirkan anak saya pada tahun 1990-an. Periode itu adalah saat yang
berharga jika dibandingkan dengan mendapatkan penghargaan sekalipun.
Pada dasarnya manusia selalu mencintai dirinya sendiri. Karena lahir
dari tubuh saya. Maka, saya menyayanginya seperti saya menyayangi diri
saya.
sumber : goodhousekeeping