Senin, 25 Februari 2013

Vina Panduwinata: Cantik dari Dalam


Vina Panduwinata: Cantik dari Dalam


Penguasaan diri dengan segala kerendahan hati adalah satu dari sekian banyak

resep cantik ala Vina.


Suaranya yang serak-serak basah mengalun indah begitu melantunkan lagu. Tapi tak hanya suaranya yang luar biasa, sang pemilik suara bernama lengkap Vina Dewi Sastaviyana Panduwinata dan akrab disapa Vina Panduwinata ini juga memiliki kehidupan luar biasa. Banyak ilmu yang diberikan kepada kami. Ucapannya yang tenang sekaligus menyenangkan membawa GH kepada perbincangan yang seru sekaligus menghibur. Tawa lepas seperti dibuat tiada henti oleh wanita kelahiran Bogor, 6 Agustus 1959 ini. Tidak itu saja, dia menghanyutkan kami dalam perenungan tentang kehidupan. Perenungan tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang manusia, baik untuk masyarakat biasa maupun pemimpin.


Apa rahasia hidup sehat Anda?


Segala sesuatu harus seimbang, termasuk makanan. Saya tidak selalu makan daging dan sayur. Untuk menyeimbangkan aktivitas saya yang begitu melimpah, saya mengonsumsi menu berserat, karbohidrat, dan protein. 


Keindahan suara Anda sepertinya diraih tanpa usaha. Apa betul?


Ini adalah anugerah Tuhan. Saya selalu minta ampun kepada-Nya, karena terlalu santai dan tidak menjaganya. Saya sering berbagi ke penyanyi-penyanyi baru, kalau kita di atas panggung jangan suka merasa sebagai ratu ataupun raja, karena ratu dan raja kita sebenarnya adalah penonton. Kedua,jangan pernah berpikir kalau Anda lebih baik daripada orang lain. Tetapi jangan juga merasa kurang. Itulah yang membuat Anda ringan dalam melangkah. 


 Apakah Anda memiliki ritual khusus sebelum naik ke atas panggung?


Dari dulu saya paling marah kalau ada permintaan foto, ajakan untuk berbicara, dan wawancara setengah jam sebelum bernyanyi. Dulu saya sering muntah. Pernah saat itu dengan Dono Warkop, saat kita harus tampil bersama, kami muntah bersama sambil berhadapan. Tetapi kalau tidak begitu, bisa gelagapan. Sampai 30 tahun ini saya tidak dapat berubah. Sekarang saya berusaha mencari ketenangan dengan berdoa sebelum pentas di atas panggung.


 Apa rahasia Anda untuk merasa lebih cantik?


Jangan kita memilih sesuatu karena harga dan citra. Saya selalu memilih segala hal dengan hati nurani dan perasaan cocok. Dengan begitu saya akan merasa nyaman dan juga cantik. Aura dan energi akan keluar saat berada di panggung. 


 Pernah melakukan kesalahan saat di panggung?


Saya pernah melakukan kesalahan, dan ternyata kok malah membuat penonton senang. Pernah saat bernyanyi saya berkata, ‘ups‘. Kemudian orang tertawa-tawa. Saya pun membalasnya, ‘Nah, ini nih, karena saya sudah tua, saya lupa.’ Mereka kemudian tertawa. Inilah cara bagaimana menggosok kekurangan dan memoles kelebihan kita. Jadi, segala yang kita punya bisa menjadi cantik dan akan menjadi cantik kalau kita bisa menguasai diri kita. 


Bagaimana Anda memandang kegiatan menyanyi Anda dibandingkan dengan profesi lain?

Semua profesi sama. Dalam satu hari saya hanya memiliki 1/3 dari 24 jam. Sementara itu 2/3-nya saya habiskan untuk bekerja. Saya perlu mengatur diri agar bermanfaat dan pintar membawa diri sehingga bisa hidup dengan nikmat. Kalau dianggap berat, maka akan menjadi berat. Tetapi kita juga tidak boleh mengentengkan masalah ataupun mencoba menjadi orang lain dalam pekerjaan. 


 Manifestasi Anda sebagai “Diva” itu seperti apa?


Kata Diva bisa disejajarkan dengan Dewi. Kalau saya lihat dalam 20 tahun terakhir ini, kata “diva” sudah dikomersialkan. Menurut saya Diva bukanlah sosok idola, melainkan orang yang bermanfaat untuk semua umat. Setiap orang berhak mengatakan siapa Diva mereka. Bagi saya Bunda Theresia adalah Diva


Dari 30 tahun perjalanan karier Anda, apa pelajaran hidup yang dapat Anda ambil?


Tentu banyak sekali pelajaran yang dapat diambil. Salah satunya pelajaran tentang begitu banyak macamnya manusia. Mereka tidak dapat ditebak. Ada perempuan berwajah galak dan suka cemberut, tetapi berhati malaikat. Dari itu semua saya selalu menanamkan pada diri saya: jangan pernah tidak senyum dan jangan pernah merasa rugi berbuat baik pada orang lain. Jadi, lakukan yang terbaik. 


Nasihat apa yang paling Anda ingat dari orangtua Anda?


Setiap napas yang kita hirup harus selalu kita tebus dengan sesuatu yang bermanfaat untuk diri kita dan orang lain. Almarhum ayah saya selalu mengatakan, ‘Vina kamu harus bersyukur, karena kamu diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk mendapatkan pekerjaan yang luar biasa.’ Saya merasa tersanjung saat itu. Kemudian saya bertanya, ‘Kok mulia, Pa?’ Jawabnya, ‘Menyenangkan hati orang lain adalah sebuah pekerjaan mulia. Tetapi jangan salah gunakan kesempatan mulia ini.’ Saya pun menginterpretasikannya dengan tidak mencari-cari musuh di dalam pekerjaan dan termasuk kehidupan.


Kapan periode paling berharga dalam kehidupan Anda?


Saat melahirkan anak saya pada tahun 1990-an. Periode itu adalah saat yang berharga jika dibandingkan dengan mendapatkan penghargaan sekalipun. Pada dasarnya manusia selalu mencintai dirinya sendiri. Karena lahir dari tubuh saya. Maka, saya menyayanginya seperti saya menyayangi diri saya. 


sumber : goodhousekeeping